Kamis, 30 Desember 2021

Strategi Berkomunitas dalam Meningkatkan Minat Menulis Karya Fiksi Peserta Didik SMKN 2 Sumedang

 



 

Tahun 2017 bisa dikatakan sebagai tahun “kelahiran kedua” bagi saya. Setelah proses pengajuan mutasi dari sekolah asal tempat mengabdi hampir tiga belas tahun lamanya yaitu SMAN 3 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, akhirnya surat keputusan mutasi tersebut saya terima dengan TMT tertanggal 1 Juli 2017 di SMKN 2 Sumedang, Kabupaten Sumedang, kota kelahiran saya. Dan, bagi saya kabar baik ini merupakan langkah awal untuk sebuah perjalanan dan proses belajar yang baru pula.

Silabus dan materi antara jenjang SMA dan SMK sebenarnya sama. Menurut saya, yang membedakan adalah motivasi dan orientasi peserta didik dalam menyelesaikan pendidikan/pembelajaran pada jenjang pendidikan tersebut. Baik peserta didik maupun orang tua memilih melanjutkan pendidikan di SMK rata-rata dengan motivasi dan orientasi ke arah kemudahan mendapatkan kompetensi dalam menunjang pekerjaan di masa depan. Selepas lulus SMK, mereka sudah siap dengan kompetensi yang mereka miliki untuk terjun di dunia pekerjaan maupun wirausaha. Dalam kenyataannya, ternyata ada segelintir peserta didik yang mau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Salah satunya dengan memilih program keahlian pendidikan. Kelak suatu hari nanti mereka bisa mengabdikan diri di almamater tercinta.

Nah, kenyataan tersebut yang terus terang membuat saya sedikit kaget dan saya pikir harus lebih banyak mempelajari banyak hal tentang dunia SMK. Saya mulai beradaptasi dengan ritme dan suasana belajar SMK secara umum. Lalu, mulai menggali hal-hal kecil dari karakter dan aspek psikologis peserta didik di masing-masing kelas kompetensi.

Tahun Ajaran 2019/2000 saya sudah mengantongi beberapa hal yang saya pikir bisa dikembangkan di sekolah ini. Gerakan Literasi Sekolah di SMKN 2 Sumedang sudah berjalan lebih baik dari yang saya duga. Peran Perpustakaan Sekolah, Bagian Kurikulum, Bagian Kesiswaan, dan BK bersinergi dan konsisten menjalankan program rutin mingguan, bulanan, tahunan, dan even-even tertentu. Minat baca peserta didik sudah cukup tinggi. Hal ini terlihat dari sirkulasi bahan bacaan, terutama buku-buku fiksi, yang cukup tinggi. Namun, ada satu hal yang perlu saya tandai dalam GLS di sini adalah belum terlihat adanya minat menulis peserta didik. Akibatnya kuantitas dan kualitas tulisan dalam pelajaran Bahasa Indonesia masih kurang baik tuisan berbentuk karya fiksi maupun nonfiksi. Dan ini berimbas pada pencapaian nilai mata pelajaran tersebut pula.

Berangkat dari kompetensi dasar  di kelas XI yang saya ampu waktu itu, yaitu pada Silabus Esensial Bahasa Indonesia KD 3.4 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek dan KD 4.4 Mengontruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen, saya mulai mencoba menggali motivasi dan daya minat peserta didik dalam menulis terutama menulis karya fiksi berupa cerita pendek.

Strategi yang saya lakukan pada saat pembelajaran KD 3.4 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek dan KD 4.4 Mengontruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen adalah mengenalkan mereka pada beberapa komunitas yang saya ikuti. Saya tidak hanya memberikan mereka contoh cerpen yang harus mereka analisis tapi saya juga berusaha menjadi contoh yang baik untuk mereka dengan memperlihatkan cerpen-cerpen karya tulisan saya yang terdapat dalam buku antologi cerpen saya dalam komunitas  maupun yang saya publikasikan di beberapa komunitas/platform dunia maya.

Salah satu bagian dari strategi saya adalah melibatkan mereka dalam mengikuti berbagai tantangan menulis yang diselenggarakan oleh komunitas-komunitas tertentu. Saya yakin, dengan pertemanan yang se-frekuensi, setidaknya mereka akan saling memengaruhi dalam kebaikan. Misalnya, kebetulan saat itu sedang diadakan sebuah tantangan menulis cerpen dengan tema remaja di salah satu komunitas di platform  dunia maya Mark Zuckerberg. Saya mengajak mereka untuk mengikuti even tersebut dengan mengirimkan naskah sesuai ketentuan yang tercantum dalam even tantangan menulis tersebut.

Selain mengirimkan naskah pada even, tentunya mereka pun mengumpulkan naskah cerpen tersebut pada saya. Di kelas, saya mengajak mereka sama-sama mengapresiai dan mengulas karya mereka. Mungkin saat itu karya mereka belum ada yang berkesempatan menang tapi kerja keras mereka sudah memenangkan sesuatu, mengalahkan berbagai hambatan belajar.

Pada kesempatan lain, saya juga mengajak mereka pada tantangan “nubar” (menulis bareng) buku antologi bersama puisi akrostik bersama sebuah komunitas guru penulis di Jawa Barat. Salah seorang siswa yang bernama Neng Kiran dari kelas XI AKL berhasil mencantumkan namanya pada buku antologi Puisi Akrostik Pelajar Jawa Barat. Bukan hanya saya, segenap keluarga besar sekolah turut bangga pada pencapaian tersebut.

Setiap orang punya minat dan hobi masing-masing. Setiap orang juga tentunya punya keunikan tersendiri pada diri pribadinya. Saya memang tidak  berani menargetkan semua peserta didik akan menjadi penulis handal tapi saya berusaha menumbuhkan motivasi dan keberanian mereka untuk menulis, menulis sesuai dengan passion-nya masing-masing. Minimal, mereka bisa menulis sesuai dengan tutntutan kompetensi dasar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Sejak saat itu, saya mulai mendata dan mengumpulkan para peserta didik yang memiliki minat lebih besar dalam berkegiatan menulis.  Awal Semester Genap Tahun Ajaran 2019/2020 saya mengumpulkan mereka dalam sebuah grup WhatsApp dan mulai memberikan materi dan tantangan menulis cerita pendek. Mereka saya wadahi dalam sebuah komunitas yang bernama Komunitas Penulis Gridas SMKN 2 Sumedang.

Saya berharap mulai dari komunitas ini mereka bisa merangkai dan merenda asa dan jutaan ide dalam bentuk tulisan. Saya yakin, sebuah kuseksesan memang memerlukan perjuangan. Kesuksesan pun tidak diraih dari zona yang nyaman, butuh kerja keras dan pengorbanan untuk bisa mencapainya. Itu pula yang saya coba tularkan pada mereka. Bahkan mimpi saya, kota kelahiran tercinta ini bisa menjadi Kota Literasi yang di dalamnya tumbuh dan berkembang bukan hanya minat dan bakat menulis anak muda saja tapi kota dengan masyarakat yang biasa, terbiasa, dan membiasakan diri berliterasi khususnya membaca dan menulis dalam kesehariannya.

Sampai saat ini, sudah ada beberapa siswa dan alumni yang pada saat saya memulai Komunitas Penulis Gridas SMKN 2 Sumedang tahun lalu masih tercatat sebagai peserta didik sekarang sudah menjadi alumni,  kini aktif menulis di media daring seperti platform Wattpad, NovelMe, dan beberapa komunitas dunia maya lainnya. Seperti Neng Kiran di platform Wattpad dengan nama pena @Reirin sudah menghasilkan 3 karya yaitu All You Need is A Friends, You Are  Strong, dan You Are Brave, Dewi Nur Agustin dengan nama pena @DNAPluto dengan karya fiksi remaja yang berjudul Tentang Kita, dan Cahyani, nama pena @Carista,  dengan judul Ara & Ari yang bahkan sedang dalam proses penerbitan buku cetak. Juga sudah banyak yang sering mengikuti even/lomba menulis baik puisi maupun cerpen. Saat ini saya pun sedang menyelia naskah anggota Komunitas Penulis Gridas SMKN 2 Sumedang yang kini terdiri dari para guru, peserta didik aktif (Kelas X, XI, dan XII), dan alumni untuk diterbitkan dalam sebuah karya buku antologi bersama.

Sejak tanggal 5 Desember 2021 tercatat pula sebagai salah satu Content Creator Profesional  UrbanBogor.com. Untuk memotivasi para peserta didik, saya selalu membagikan artikel yang saya tulis untuk UrbanBogor.com. Dengan begitu, saya berharap bisa menularkan setidaknya semangat mereka untuk terus berkarya.

Semoga langkah saya tidak berhenti sampai di sini. Dengan komitmen dan konsistensi, juga dukungan semua pihak, insyaalloh strategi yang sudah dan akan saya lakukan  terus berlanjut dan berkembang. Aamiin.

 

Sumedang, 29 Desember 2021

Guru dan Drama Korea

 


Sudah menjadi rahasia umum jika drama Korea (disingkat drakor) laris manis bak kacang goreng menjadi tontonan berbagai kalangan di Indonesia.  Sejak kehadirannya di ranah televisi nasional awal tahun 2000, drama Korea yang berasal dari Korea Selatan sudah menjadi salah satu hiburan favorit pemirsa Indonesia.

Seorang guru menonton drama Korea? Mengapa tidak?! Seperti dulu waktu masih kanak-kanak  saya begitu setia menonton  serial Oshin dan Little House on the Prairie di TVRI pertengahan tahun 1990-an, saya pun begitu menikmati alur kisah drama Korea yang berjudul Endless Love yang  menjadi salah satu drama Korea terfavorit di tahun 2000. Drama romantis yang sangat tragis ini berhasil menguras emosi dan air mata penonton dan penggemarnya. Kini, bertahun-tahun kemudian,  beberapa drakor mampu mencuri perhatian saya. Sebut saja True Beauty, Mr. Queen, Start Up, Vincenzo, dan yang baru saya tamatkan beberapa hari yang lalu adalah Hometown Cha Cha Cha. Drakor yang dibintangi aktor tampan Kim Seon Ho, yang juga membintangi Start Up dan aktris cantik Shin Min Ah.

Kisah romantis antara seorang dokter gigi cantik bernama Yoon Hye Jin (Shin Min Ah) yang membuka klinik di Desa Gongjin dan lelaki multitalenta  bernama Hong Doo Sik ini mampu menarik saya untuk duduk berlama-lama menonton secara maraton episode demi episode.

Banyak nilai positif yang terkandung dalam Hometown Cha Cha Cha  seperti alur cerita yang tampak sederhana namun mengandung konflik yang cukup kuat. Terlebih penonton dibuat penasaran dengan karakter Hong Doo Sik yang easy going dan ringan tangan membantu tetangga yang membutuhkan tenaganya juga karakter dokter Yoon Hye Jin yang tampak sebagai perempuan tegar dan keras tapi menyimpan luka dalam hatinya akibat kehilangan ibu kandungannya sejak ia kecil. Selain itu, chemistry yang terjalin antara Shin Min Ah dan Kim Seon Ho tampak sangat apik, begitu pun  dengan para tokoh pendukung.

Hal penting yang kita dapatkan dari drakor Hometown Cha Cha Cha yaitu pertama, pentingnya kita untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari kebiasaan. Kepindahan dokter Yoon Hye Jin ke Desa Gongjin adalah salah satu keputusannya keluar dari confort zone. Kedua, pentingnya memiliki banyak kompetensi dan keahlian yang dapat kita manfaatkan baik untuk kepentingan pribadi maupun  orang lain seperti yang dimiliki oleh tokoh Hong Doo Sik. Ketiga, pentingnya akur dengan tetangga sekitar kita apalagi jika status kita sebagai pendatang dan jauh dari dekapan keluarga. Keempat, yang diperlukan oleh seorang anak adalah kehadiran kedua orang tuanya secara utuh. Seperti yang diinginkan tokoh I Jun, putra semata wayang Jang Yeong Guk, kepala desa yang bercerai dengan sang istrinya, owner restoran sushi, Yeo Hwa Jung. Kelima, bahwa setiap orang punya masalahnya sendiri. Tidak ada salahnya kita berkomunikasi dengan ahlinya seperti dengan seorang psikiater atau psikolog untuk membantu menyelesaikan masalah kita. Keenam, jangan pernah menyia-nyiakan waktu yang kita miliki saat ini. Nikmati setiap detik yang kita jalani. Dan terakhir, life isn't so fair for all of us. Some spend their whole lives on unpaved roads, while some run at full speed only to reach the edge of a cliff  (Hong Doo Sik dalam Hometown Cha Cha Cha, 2021 ).

Jadi,  selain bisa mengembalikan mood, menonton drama Korea juga mampu memancing inspirasi dan ide untuk berkarya, menulis karya fiksi misalnya.

Sumedang, 24 November 2021

Minggu, 28 November 2021

Ada Rindu di Balik Layar

 



 

Lorong-lorong sepi, hampa tanpa suara

Kelas-kelas kosong, diam tanpa kata

 

Belasan purnama berlalu meninggalkan ragam jejak

Rindu yang kian membuncah menyesak dada

Hanya perjumpaan di balik layar

Kotak gawai pelipur lara

 

Kami guru dituntut lebih kreatif

Sigap belajar melek teknologi informasi

menghasilkan inovasi pendidikan yang menarik

agar pembelajaran terus berlangsung aktif

 

Kami guru dilanda badai

Rindu perjumpaan dan sapaan riang

Riuh sorak peserta didik

Penyemangat hidup jiwa pendidik

 

Kini, kita masih saling merindu

Beradu tatap dalam keterbatasan

Dalam satu kesempatan hangat

Merentangkan asa masing-masing

Meraih cita menguntai makna

 

Biarlah kita masih saling merindu

Berharap esok segera berganti

Rindu kita tak lagi meradang

Sumedang, 24 November 2021