Tahun 2017 bisa dikatakan sebagai tahun “kelahiran
kedua” bagi saya. Setelah proses pengajuan mutasi dari sekolah asal tempat
mengabdi hampir tiga belas tahun lamanya yaitu SMAN 3 Tambun Selatan, Kabupaten
Bekasi, akhirnya surat keputusan mutasi tersebut saya terima dengan TMT
tertanggal 1 Juli 2017 di SMKN 2 Sumedang, Kabupaten Sumedang, kota kelahiran
saya. Dan, bagi saya kabar baik ini merupakan langkah awal untuk sebuah
perjalanan dan proses belajar yang baru pula.
Silabus dan materi antara jenjang SMA dan SMK
sebenarnya sama. Menurut saya, yang membedakan adalah motivasi dan orientasi
peserta didik dalam menyelesaikan pendidikan/pembelajaran pada jenjang
pendidikan tersebut. Baik peserta didik maupun orang tua memilih melanjutkan
pendidikan di SMK rata-rata dengan motivasi dan orientasi ke arah kemudahan
mendapatkan kompetensi dalam menunjang pekerjaan di masa depan. Selepas lulus
SMK, mereka sudah siap dengan kompetensi yang mereka miliki untuk terjun di
dunia pekerjaan maupun wirausaha. Dalam kenyataannya, ternyata ada segelintir
peserta didik yang mau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Salah
satunya dengan memilih program keahlian pendidikan. Kelak suatu hari nanti
mereka bisa mengabdikan diri di almamater tercinta.
Nah, kenyataan tersebut yang terus terang membuat
saya sedikit kaget dan saya pikir harus lebih banyak mempelajari banyak hal
tentang dunia SMK. Saya mulai beradaptasi dengan ritme dan suasana belajar SMK
secara umum. Lalu, mulai menggali hal-hal kecil dari karakter dan aspek
psikologis peserta didik di masing-masing kelas kompetensi.
Tahun Ajaran 2019/2000 saya sudah mengantongi
beberapa hal yang saya pikir bisa dikembangkan di sekolah ini. Gerakan Literasi
Sekolah di SMKN 2 Sumedang sudah berjalan lebih baik dari yang saya duga. Peran
Perpustakaan Sekolah, Bagian Kurikulum, Bagian Kesiswaan, dan BK bersinergi dan
konsisten menjalankan program rutin mingguan, bulanan, tahunan, dan even-even
tertentu. Minat baca peserta didik sudah cukup tinggi. Hal ini terlihat dari
sirkulasi bahan bacaan, terutama buku-buku fiksi, yang cukup tinggi. Namun, ada
satu hal yang perlu saya tandai dalam GLS di sini adalah belum terlihat adanya
minat menulis peserta didik. Akibatnya kuantitas dan kualitas tulisan dalam
pelajaran Bahasa Indonesia masih kurang baik tuisan berbentuk karya fiksi
maupun nonfiksi. Dan ini berimbas pada pencapaian nilai mata pelajaran tersebut
pula.
Berangkat dari kompetensi dasar di kelas XI yang saya ampu waktu itu, yaitu
pada Silabus Esensial Bahasa Indonesia KD 3.4 Menganalisis unsur-unsur
pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek dan KD 4.4
Mengontruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun
cerpen, saya mulai mencoba menggali motivasi dan daya minat peserta didik dalam
menulis terutama menulis karya fiksi berupa cerita pendek.
Strategi yang saya lakukan pada saat pembelajaran KD
3.4 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita
pendek dan KD 4.4 Mengontruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan
unsur-unsur pembangun cerpen adalah mengenalkan mereka pada beberapa komunitas
yang saya ikuti. Saya tidak hanya memberikan mereka contoh cerpen yang harus
mereka analisis tapi saya juga berusaha menjadi contoh yang baik untuk mereka
dengan memperlihatkan cerpen-cerpen karya tulisan saya yang terdapat dalam buku
antologi cerpen saya dalam komunitas
maupun yang saya publikasikan di beberapa komunitas/platform dunia maya.
Salah satu bagian dari strategi saya adalah
melibatkan mereka dalam mengikuti berbagai tantangan menulis yang
diselenggarakan oleh komunitas-komunitas tertentu. Saya yakin, dengan
pertemanan yang se-frekuensi, setidaknya mereka akan saling memengaruhi dalam
kebaikan. Misalnya, kebetulan saat itu sedang diadakan sebuah tantangan menulis
cerpen dengan tema remaja di salah satu komunitas di platform dunia maya Mark Zuckerberg.
Saya mengajak mereka untuk mengikuti even tersebut dengan mengirimkan naskah
sesuai ketentuan yang tercantum dalam even tantangan menulis tersebut.
Selain mengirimkan naskah pada even, tentunya mereka
pun mengumpulkan naskah cerpen tersebut pada saya. Di kelas, saya mengajak
mereka sama-sama mengapresiai dan mengulas karya mereka. Mungkin saat itu karya
mereka belum ada yang berkesempatan menang tapi kerja keras mereka sudah
memenangkan sesuatu, mengalahkan berbagai hambatan belajar.
Pada kesempatan lain, saya juga mengajak mereka pada
tantangan “nubar” (menulis bareng) buku antologi bersama puisi akrostik bersama
sebuah komunitas guru penulis di Jawa Barat. Salah seorang siswa yang bernama
Neng Kiran dari kelas XI AKL berhasil mencantumkan namanya pada buku antologi
Puisi Akrostik Pelajar Jawa Barat. Bukan hanya saya, segenap keluarga besar
sekolah turut bangga pada pencapaian tersebut.
Setiap orang punya minat dan hobi masing-masing.
Setiap orang juga tentunya punya keunikan tersendiri pada diri pribadinya. Saya
memang tidak berani menargetkan semua peserta
didik akan menjadi penulis handal tapi saya berusaha menumbuhkan motivasi dan
keberanian mereka untuk menulis, menulis sesuai dengan passion-nya masing-masing. Minimal, mereka bisa menulis sesuai
dengan tutntutan kompetensi dasar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Sejak saat itu, saya mulai mendata dan mengumpulkan
para peserta didik yang memiliki minat lebih besar dalam berkegiatan
menulis. Awal Semester Genap Tahun
Ajaran 2019/2020 saya mengumpulkan mereka dalam sebuah grup WhatsApp dan mulai memberikan materi dan
tantangan menulis cerita pendek. Mereka saya wadahi dalam sebuah komunitas yang
bernama Komunitas Penulis Gridas SMKN 2 Sumedang.
Saya berharap mulai dari komunitas ini mereka bisa
merangkai dan merenda asa dan jutaan ide dalam bentuk tulisan. Saya yakin,
sebuah kuseksesan memang memerlukan perjuangan. Kesuksesan pun tidak diraih
dari zona yang nyaman, butuh kerja keras dan pengorbanan untuk bisa
mencapainya. Itu pula yang saya coba tularkan pada mereka. Bahkan mimpi saya,
kota kelahiran tercinta ini bisa menjadi Kota Literasi yang di dalamnya tumbuh
dan berkembang bukan hanya minat dan bakat menulis anak muda saja tapi kota
dengan masyarakat yang biasa, terbiasa, dan membiasakan diri berliterasi
khususnya membaca dan menulis dalam kesehariannya.
Sampai saat ini, sudah ada beberapa siswa dan alumni
yang pada saat saya memulai Komunitas Penulis Gridas SMKN 2 Sumedang tahun lalu
masih tercatat sebagai peserta didik sekarang sudah menjadi alumni, kini aktif menulis di media daring seperti platform Wattpad, NovelMe, dan beberapa
komunitas dunia maya lainnya. Seperti Neng Kiran di platform Wattpad dengan nama pena @Reirin sudah menghasilkan 3
karya yaitu All You Need is A Friends,
You Are
Strong, dan You Are Brave,
Dewi Nur Agustin dengan nama pena @DNAPluto dengan karya fiksi remaja yang
berjudul Tentang Kita, dan Cahyani,
nama pena @Carista, dengan judul Ara & Ari yang bahkan sedang dalam proses penerbitan buku cetak. Juga sudah
banyak yang sering mengikuti even/lomba menulis baik puisi maupun cerpen. Saat
ini saya pun sedang menyelia naskah anggota Komunitas Penulis Gridas SMKN 2
Sumedang yang kini terdiri dari para guru, peserta didik aktif (Kelas X, XI,
dan XII), dan alumni untuk diterbitkan dalam sebuah karya buku antologi
bersama.
Sejak tanggal 5 Desember 2021 tercatat pula sebagai
salah satu Content Creator Profesional
UrbanBogor.com. Untuk memotivasi para peserta didik, saya selalu
membagikan artikel yang saya tulis untuk UrbanBogor.com. Dengan begitu, saya
berharap bisa menularkan setidaknya semangat mereka untuk terus berkarya.
Semoga langkah saya tidak berhenti sampai di sini.
Dengan komitmen dan konsistensi, juga dukungan semua pihak, insyaalloh strategi
yang sudah dan akan saya lakukan terus
berlanjut dan berkembang. Aamiin.
Sumedang,
29 Desember 2021