Pendidikan Guru Penggerak sudah sampai pada Modul 3.3 Pengelolaan Program Berpihak pada Murid. Saya patut syukur pada Allah SWT telah memberikan kesehatan dan kekuatan dalam menjalankan rangkaian kegiatan Pendidikan Guru Penggerak ini.
Jurnal refleksi dwi mingguan pada Modul 3.3 kali ini saya menggunakan Model 5 yang meliputi connection, challenge, concept, change (4C). Model tersebut dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011). Model refleksi tersebut cocok digunakan untuk merefleksikan materi pembelajaran.
1. Connection
Kegiatan Pendidikan Guru Penggerak merupakan pendidikan dan pelatihan yang baru dan terbarukan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sekaligus menambah asupan baterai filosofi pendidikan yang selama ini hilang bahkan mungkin tertutupi oleh target kurikulum, kompetensi, serta capaian-capaian lain yang sangat ketat. Oleh karena itu, dalam Pendidikan Guru Penggerak ini yang merupakan hal penting adalah proses menuntun yang dilakukan oleh guru untuk memerdekakan belajar murid akan cepat terealisasi dengan program-program sekolah yang berdampak pada murid. Program-program sekolah yang kelak dapat mengarahkan dan menuntun murid untuk dapat hidup sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Dengan demikian, segala potensi yang dimiliki oleh murid akan berkembang secara optimal dengan program yang berpihak pada dirinya tersebut.
Terkait dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif, dalam menyusun program sekolah dengan merancang program yang dirasakan berdampak positif pada pengembangan murid dan sekolah sebagai wadah, media, tempat pendampingan melalui menggali pertanyaan BAGJA/IA program yang disusun dan diimplementasikan secara matang dan tepat dengan kolaboratif memanfaatkan kekuatan sekolah pada aset dan aspek suara, pilihan, dan kepemilikan murid program sekolah dapat dijalankan dengan baik.
Tentu saja karena filosofi belajar dari siswa, untuk siswa, dan oleh siswa maka segala aset/kekuatan/potensi yang dimiliki sekolah haruslah dipetakan, dikelola, dioptimalkan, dan dimanfaatkan untuk mendukung mewujudkan program yang berdampak pada murid yang selaras dengan visi misi serta tujuan sekolah sehigga terwujud Profil Pelajar Pancasila dengan karakter ke-Indonesiaan.
2. Challenge
Selama pelaksanaan Pendidikan Guru Penggerak di Calon Guru Penggerak (CGP) angkatan 5, saya menghadapi beberapa tantangan yakni 1) saya yang berkepribadian introvert berusaha membuka diri dan melakukan pendekatan komunikasi dengan lebih banyak orang dan segmentasi sosial sehingga dapat menyelesaikan berbagai tugas dalam implementasi aksi nyata, 2) saya harus berpindah zona nyaman sehingga dalam pengimbasan tugas-tugas CGP kepada rekan guru maupun atasan di sekolah lebih lancer terlaksana, 3) saya berhadapan dengan pengaturan waktu yang harus lebih jeli dan teliti agar konsisten menyelesaikan semua tugas CGP maupun tugas saya sebagai guru di sekolah dan bagian penting dari kehidupan keluarga di rumah.
Adapun solusi yang saya terapkan untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut antara lain adalah saya tetep semangat berjuang, mengimbas minimal dengan berdialog, mengobrol dengan teman dekat dengan semampunya, bercerita hal-hal yang positif kepada mereka tentang metode, cara, teknik yang tepat mengatasi murid, serta sedikit-dikit mengimbaskan ilmu ice breaking, mindfulness, STOP, restitusi, coaching dan lain-lain.
Saya meminta izin kepada pemangku kebijakan untuk turut “tampil” pada beberapa kegiatan sekolah yang telah atau sedang berjalan dengan kolaborasi serta konsultasi untuk menambah dan memberi sentuhan PGP agar program sekolah tersebut dapat dijadikan aksi nyata yang layak sebagai tugas CGP.
3. Concept
Selangkah demi selangkah saya mulai mampu mengubah paradigma belajar mengajar sejak menjadi peserta CGP angkatan 5 mulai dari cara pandang, cara memperlakukan murid, cara mengajar, mendidik, mendampingi, membimbing siswa dan lain-lain. Selain itu, melalui pendampingan, coaching, restitusi, ice breaking, mindfulness, teknik STOP, program BAGJA serta gali potensi aset 7 yang sangat detail menggali suara, pilihan, dan kepemilikan murid saya mampu mengubah mindset saya dalam menghadapi masalah murid.
Salah satu perubahan yang saya alami adalah saya lebih bersikap sabar menghadapi berbagai respon murid. Saya menyediakan waktu dengan sabar melayani murid yang remidi karena nilai raportnya minim serta memfasilitasi mereka untuk menentukan pilihan dalam mengambil program kerja atau kuliah, memberi solusi pilihan jurusan perguruan tinggi.
Saya mulai mampu menerapkan keterapilan coaching kepada murid saat mereka kesulitan belajar dengan bahasa kemitraan yang lembut, sopan, kebapak-an serta tidak membuat murid takut dan nyaman. Jika selama ini saya mengajar berdasarkan rancangan tanpa melibatkan murid dan tak pernah melihat mendengarkan harapan, keinginan, kebutuhan, profil dan minat murid setelah PGP saya mencoba memberi mereka kesempatan dengan membuka dialog kesepakatan kelas, melakukan ice breaking agar kelas tidak tegang serta mengistirahatkan murid jika situasi nampak lelah.
Ada kalanya saya memberikan kesempatan murid untuk mendengarkan musik menggunakan headset saat mengerjakan tugas proyek agar nyaman namun tugas tetap selesai dikerjakan dengan demikian ada rasa kepemilikan mereka atas proses belajar meningkat.
4. Change
Dalam proses belajar mengajar sebelum menjadi peserta CGP saya cenderung mengajar dengan cara konvensional. Kadang memang pernah melakukan embaharuan di beberapa hal pengajaran saya namun hasilnya belum berpihak dan berdampak pada murid. Saya mulai menerapkan beberapa pendekatan belajar seperti berbasis proyek, penugasan mandiri, penugasan kelompok, proyek portofolio berbasis perbedaan karya. Saya pun merusaha memperhitungkan suara, pilihan, dan kepemilikan murid pada setiap kesempatan pembelajaran.
Melalui serangkaian seleksi sampai di tahap pendidikan yang saat ini sedang saya lalui sebagai seorang CGP, saya disadarkan bahwa proses belajar mengajar selama ini yang saya lakukan kurang relevan dan tidak berpihak pada murid.
Saat itulah, saya berusaha menerapkan konsep kebutuhan murid, mengetahui minat murid, memahami profil murid, serta mengetahui tujuan murid ke mana. Saat itu saya sepakat bahwa murid SMK tujuan utamanya adalah bekerja sehingga kebutuhan murid adalah ketrampilan untuk bekerja dilengkapi dengan etika, kode etik dan SOP dalam bekerja. Kini saya lebih memahami bagaimana memperlakukan siswa SMK yang pada akhirnya akan memilih salah satu dari bekerja, melanjutkan, atau berwirausaha.
Sumedang, 20 November 2022