Ekosistem, seperti disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, diartikan sebagai keadaan khusus tempat komunitas suatu organisme
hidup dan komponen organisme tidak hidup dari suatu lingkungan yang saling
berinteraksi.
Sekolah digambarkan
sebagai sebuah ekosistem yang memiliki
keterkaitan antara unsur biotik dan
abiotik. Dalam sebuah ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling
memengaruhi dan memerlukan keterlibatan
aktif antara semua unsurnya. Yang termasuk dalam faktor biotik diantaranya adalah
pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan, murid, orang
tua, dan masyarakat di sekitar sekolah.
Selain
faktor-faktor biotik dalam ekosistem sekolah tersebut, faktor-faktor abiotik di dalamnya juga berperan aktif dalam menunjang
keberhasilan proses pembelajaran di antaranya yaitu keuangan serta sarana dan prasarana.
Yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin
dalam pengelolaan sumber daya dalam sebuah ekosistem adalah dengan
mengembangkan aset-aset modal tersebut berdasarkan kekuatan dan kelebihan yang
dimilikinya.
Untuk menggerakkan seluruh komponen biotik dan abiotik
dalam komunitas sekolah diperlukan keunggulan dalam pengelolaan sumber daya. Seorang
pemimpin sangat esensial berperan dalam melihat potensi serta menggerakkan sumber daya yang dimiliki.
Substansi kepemimpinan itu sendiri adalah pengaruh, orang yang piawai
memengaruhi orang lain atau komunitas sekolah, sejatinya merupakan pemimpin di komunitas itu sendiri. Seorang
guru merupakan seorang pemimpin di depan
muridnya karena ia merupakan sosok yang berpengaruh bagi muridnya.
Seorang guru penggerak setidaknya harus mempunyai beberapa kompetensi yang
melekat dalam dirinya, yaitu (1) mengembangkan diri dan orang lain; (2)
memimpin pembelajaran; (3) memimpin dalam pengembangan sekolah; serta (4)
memimpin manajemen sekolah.
Sebagai
seorang pemimpin pembelajaran memiliki makna bahwa seorang guru harus mampu memimpin upaya membangun
lingkungan belajar yang berpusat pada murid, merencanakan dan melaksanakan
proses belajar yang berpusat pada murid, memimpin refleksi dan perbaikan
kualitas proses belajar yang berpusat pada murid, serta melibatkan orang tua sebagai
pendamping dan sumber belajar di sekolah.
Dalam melaksanakan perannya sebagai seorang pemimpin pembelajaran terdapat paradigma yang menekankan kemandirian sekolah
untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan
kekuatan dan potensi yang mereka miliki dengan ekspektasi hasil yang didapatkan
dapat berkelanjutan dan berkesinambungan. Paradigma tersebut merupakan implementasi
dari pendekatan berbasis kekuatan yang biasa disebut sebagai pendekatan pengembangan
komunitas berbasis aset atau modal. Pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset
atau modal tersebut berfokus pada potensi atau sumber daya yang dimiliki oleh
sekolah. Apabila sekolah sebagai sebuah komunitas,
seperti dilansir dari pemikiran Green
dan Haines (2002), terdapat tujuh aset utama yang dimiliki sekolah, yaitu
(1) modal manusia; (2) modal sosial; (3) modal fisik; (4) modal lingkungan; (5)
modal finansial; (6) modal politik; serta (7) modal agama dan budaya.
Sebagai implementasi peran guru sebagai seorang pemimpin
pembelajaran yang berbasis aset baik dalam lingkup kelas, sekolah, dan
masyarakat sekitar sekolah, guru dapat melakukan beberapa hal seperti (1) memetakan potensi aset yang dimiliki
ekosistem sekolah; (2) pengambilan keputusan yang cepat, tepat, cekat, dan
akurat; (3) mengkoordinasikan dan menyelaraskan seluruh sumber daya yang ada; dan
(4) memobilisasi sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan.
Seorang guru yang memiliki kepiawaian dalam mengelola sumber
daya dengan tepat dalam konteks
pembelajaran akan turut membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Dengan demikian, langkah awal seorang guru sebelum melakukan
kegiatan pembelajaran bersama murid perlu mengetahui titik temu antara harapan
dan keinginan ideal dari muridnya tersebut. Selain itu, guru juga perlu menggali
harapan dan keinginan bersama dari murid-muridnya juga untuk menggkoordinasikan
dan memobilisasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Misalnya, seorang guru
dapat bertanya kepada murid, "Pembelajaran seperti apa yang menyenangkan
di sekolah kita menurut pendapatmu? Jika kita belajar di ruang kelas, apa saja
yang bisa kita upayakan agar ruang kelas kita nyaman dan menyenangkan untuk
belajar?" Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti itu akan dapat menggerakkan
warga sekolah untuk melakukan tindakan dengan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki
sehingga suasana dan proses pembelajaran murid terus berproses menuju perbaikan
kualitas. Guru juga dapat membimbing murid
untuk senantiasa mengajukan pertanyaan reflektif maka upaya perbaikan mutu
pembelajaran dapat dilakukan secara berkelanjutan pada setiap akhir
pembelajaran.
Materi Modul 3.2 mengenai pemimpin pengelolaan sumber
daya berkaitan erat dengan modul sebelumnya yakni pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang
kekuatan kodrat alam dan kodrat zaman yang dimiliki oleh anak. Kodrat alam dan
kodrat zaman seorang anak merupakan aset yang melekat dengan tujuan untuk
mengembangkan ekosistem pembelajaran di sekolah agar lebih berkualitas dan
berpihak pada murid. Dengan demikian, seorang guru penggerak sebaiknya memiliki visi
dan imaji yang kuat mengenai perannya
sebagai agen transformasi di sekolah yang tergerak, bergerak, dan menggerakkan.
Materi pada Modul 3.2 juga berkaitan erat dengan materi Modul
1.2 yaitu mengenai nilai dan peran guru penggerak serta Modul 1.3 tentang visi guru penggerak. Hal
tersebut berkaitan karena melalui visi
yang kuat dimiliki oleh seorang guru
penggerak akan mampu mengupayakan dan menyelaraskan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah
sehingga kelemahan suatu ekosistem sekolah menjadi tidak relevan lagi. Dengan
demikian, upaya tersebut akan terfokus
pada kekuatan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.
Selain itu, inkuiri apresiatif dengan pendekatan BAGJA juga
sangat relevan untuk melakukan perubahan di sekolah dengan berbasis sumber daya
yang akan menggerakkan warga sekolah untuk melakukan perubahan
positif. Perubahan positif yang dilakukan secara konsisten akan
melahirkan budaya positif pula. Dengan
demikian, Modul 3.2 pun berkaitan erat dengan
Modul 1.4 mengenai budaya positif.
Selain itu, seorang guru penggerak juga mampu memetakan sumber daya murid yang ada sehingga
dapat mengupayakan pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodasi perbedaan
kekuatan yang dimiliki oleh murid. Hal tersebut telah pula dipelajari dan
dipahami pada modul sebelumnya yakni Modul
2.1. Kekuatan individual dalam diri murid tersebut dapat dikembangkan
lebih lanjut dalam aspek sosial dan emosional melalui pembelajaran sosial
emosional yang telah dipelajari dan dipahami pula pada Modul 2.2. Untuk
memaksimalkan semua potensi dan kekuatan murid yang bertujuan agar berdampak terhadap prestasi murid dapat
diupayakan melalui praktik coaching yang telah dipelajari dan dipahami pada Modul
2.3. Selain itu, seorang guru penggerak sebagai pemimpin dalam
pengelolaan sumber daya memerlukan kemampuan dalam mengambil keputusan yang
tepat, cepat, cekat, dan akurat. Hal tersebut telah dipelajari dan dipahami
dalam Modul 3.1.
Sebelum mempelajari modul ini, saya sendiri memiliki paradigma deficit based asset yang artinya bahwa saya melihat ekosistem sekolah dalam sudut pandang kelemahan sehingga keunggulan atau potensi yang dimiliki seolah tertutupi. Hal tersebut mengakibatkan saya mengalami kesulitan dalam memberdayakan kekuatan sumber daya yang dimiliki untuk kepentingan pembelajaran murid karena lebih sering terfokus pada masalah yang dihadapi. Setelah mempelajari Modul 3.2 ini, perspektif saya berubah. Transformasi pendidikan di sekolah dapat dilakukan dengan pendekatan asset based community development yang merupakan langkah terbaik dan lebih relevan karena berfokus pada kekuatan yang dimiliki dalam ekosistem sekolah sehingga dapat memudahkan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan rencana aksi transformasi pendidikan yang berpihak pada murid yang bertujuan untuk mewujudkan pelajar yang berprofil pancasila.***
Sumedang,
4 November 2022
.png)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar