Budaya positif merupakan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, serta kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak
pada murid dengan tujuan agar murid
dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab.
Dalam mewujudkan budaya positif di sekolah tidak dapat berdiri
sendiri. Kolaborasi sangat penting dan diperlukan
untuk mewujudakan penerapan budaya positif di sekolah.
Dari seluruh kekuatan yang ada baik dari
dalam maupun dari luar sekolah, koordinasi semua pihak merupakan hal yang
penting dan harus segera dilaksanakan. Pihak-phak yang harus berkoordinasi
yaitu Kepala Sekolah, rekan guru, murid
dan orang tua serta lembaga kemasyarakatan lainnya yang dapat mendukung
pelaksanaan budaya positif.
Penerapan budaya positif dalam aktivitas
belajar mengajar sehari-hari di sekolah erat berkaitan dengan nilai-nilai
kebajikan lainnya. Misalnya dalam hal
kehadiran di sekolah. Menerapkan budaya malu datang terlambat itu sangat
penting dan dapat diterapkan di setiap lini kehidupan.
Setelah beajar dan mempelajari Modul
pertama dari modul 1.1 sampai dengan modul 1.4
saya menemukan keterkaitan yang
erat dan saling mendukung antara
satu dengan yang lainnya.
Budaya positif yang dapat diterapkan di sekolah dilaksanakan
sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yaitu menuntun
segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. KHD berpesan agar para pendidik dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan
dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Oleh karena itu menurut
KHD, pendidikan merupakan suatu tempat
bersemainya benih-benih kebudayaan.
Seorang Guru diibaratkan sebagai seorang
petani yang mengelola dan menuntun siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan
potensi sesuai kodrat alamnya dan budaya positif agar dapat menjadi murid yang
berprofil pelajar Pancasila (beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME, mandiri,
bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebinekaan global). Dalam
menyusun program penerapan budaya positif di sekolah juga diperlukan kolaborasi dengan
murid. Sehingga murid tidak merasa terbebani dalam melaksanakan budaya positif
tersebut. Murid diajak turut serta dalam membuat suatu kesepakatan yang
berpihak pada murid. Hal ini merupakan implementasi dari program “Merdeka
Belajar” itu sendiri. Selain itu, seorang guru juga perlu menguasai dan
mengaplikasikan nilai-nilai dan peran guru penggerak dalam melaksanakan budaya
positif di sekolah yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan
berpihak pada murid.
Budaya positif merupakan bagian dari
visi seorang guru penggerak. Budaya positif harus dikembangkan dan diterapkan sehingga
mampu untuk mewujudkan visi guru penggerak yang kelak juga akan lebih luas lagi menjadi sebuah visi sekolah yakni “Terwujudnya merdeka belajar dan murid yang sesuai
dengan profil pelajar Pancasila”.
Untuk mewujudkan visi tersebut
diperlukan adanya kolaborasi kekuatan positif yang dimiliki baik dari luar
maupun dari dalam sekolah itu sendiri (pemetaan kekuatan). Untuk mewujudkan
kolaborasi ini, dapat dilakukan melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan melaksanakan
tahapan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali impian, Jabarkan rencana,
Atur eksekusi). Inkuiri Apresiatif merupakan suatu pendekatan berbasis kekuatan positif
yang dimiliki.
Oleh karena itu, peran guru penggerak sangat penting dalam
menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun dan menerapkan budaya positif di sekolah. Yang dapat
dilakukan oleh seorang guru penggerak di antaranya berikut ini.
- Guru penggerak harus mampu
menjadi contoh bukan hanya member contoh.
- Guru penggerak mampu menjadi teladan
- Guru Penggerak dapat menjalin
kolaborasi dengan seluruh warga
sekolah dalam menerapkan budaya
positif
- Guru Penggerak mampu
menciptakan dan menggerakkan komunitas praktisi yang ada di sekolah
- Guru Penggerak menjadi coach bagi
guru lain dan menjadi pemimpin
dalam pembelajaran yang berpihak pada murid
Seorang Guru Penggerak harus dapat menumbuhkan dan menerapkan budaya positif di
kelas menjadi budaya positif di sekolah yang kemudian menjadi visi di sekolah. Beberapa langkah yang
dapat dilaksanakan oleh seorang Guru
Penggerak sebagai berikut.
- Memulai dari diri sendiri dalam
menumbuhkan serta menerapkan budaya positif di kelas dan menjadi contoh
dan teladan bagi seluruh warga sekolah
- Mensosialisasikan dan
berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah
- Memiliki kesabaran, keuletan, dan berpikir positif
baik terhadap penolakan ide dan pelanggaran maupun berbagai dukungan
yang ada
- Melakukan refleksi dan perbaikan secara berkelanjutan
Demikian jurnal refleksi ke-4
terhadap Modul 1.4 Budaya Positif ini. Semoga bermanfaat, salam dan bahagia.
Salam Guru Penggerak!***

Tidak ada komentar:
Posting Komentar