Jumat, 07 Oktober 2022

JURNAL REFLEKSI 4: Budaya Positif

 


Budaya positif merupakan  nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, serta  kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid dengan tujuan agar  murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab.

Dalam mewujudkan  budaya positif di sekolah tidak dapat berdiri sendiri.  Kolaborasi sangat penting dan diperlukan untuk mewujudakan penerapan budaya positif di sekolah.

Dari seluruh kekuatan yang ada baik dari dalam maupun dari luar sekolah, koordinasi semua pihak merupakan hal yang penting dan harus segera dilaksanakan. Pihak-phak yang harus berkoordinasi yaitu  Kepala Sekolah, rekan guru, murid dan orang tua serta lembaga kemasyarakatan lainnya yang dapat mendukung pelaksanaan budaya positif.

Penerapan budaya positif dalam aktivitas belajar mengajar sehari-hari di sekolah erat berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan lainnya.  Misalnya dalam hal kehadiran di sekolah. Menerapkan budaya malu datang terlambat itu sangat penting dan dapat diterapkan di setiap lini kehidupan.

Setelah beajar dan mempelajari Modul pertama dari modul 1.1 sampai dengan modul 1.4  saya menemukan keterkaitan yang  erat  dan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya.

Budaya positif  yang dapat diterapkan di sekolah dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. KHD berpesan agar para pendidik dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Oleh karena itu menurut KHD, pendidikan merupakan suatu  tempat bersemainya benih-benih kebudayaan. 

Seorang Guru diibaratkan sebagai seorang petani yang mengelola dan menuntun siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi sesuai kodrat alamnya dan budaya positif agar dapat menjadi murid yang berprofil pelajar Pancasila (beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebinekaan global). Dalam menyusun program penerapan budaya positif  di sekolah juga diperlukan kolaborasi dengan murid. Sehingga murid tidak merasa terbebani dalam melaksanakan budaya positif tersebut. Murid diajak turut serta dalam membuat suatu kesepakatan yang berpihak pada murid. Hal ini merupakan implementasi dari program “Merdeka Belajar” itu sendiri. Selain itu, seorang guru juga perlu menguasai dan mengaplikasikan nilai-nilai dan peran guru penggerak dalam melaksanakan budaya positif di sekolah yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.

Budaya positif merupakan bagian dari visi seorang guru penggerak. Budaya positif harus dikembangkan dan diterapkan sehingga mampu untuk mewujudkan visi guru penggerak yang kelak  juga akan lebih luas lagi menjadi sebuah  visi sekolah yakni  “Terwujudnya merdeka belajar dan murid yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila”.

Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan adanya kolaborasi kekuatan positif yang dimiliki baik dari luar maupun dari dalam sekolah itu sendiri (pemetaan kekuatan). Untuk mewujudkan kolaborasi ini, dapat dilakukan melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan melaksanakan tahapan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali impian, Jabarkan rencana, Atur eksekusi). Inkuiri Apresiatif merupakan  suatu pendekatan berbasis kekuatan positif yang dimiliki.

Oleh karena itu,  peran guru penggerak sangat penting dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun dan menerapkan  budaya positif di sekolah. Yang dapat dilakukan oleh seorang guru penggerak di antaranya berikut ini.

  1. Guru penggerak harus mampu menjadi contoh bukan hanya member contoh.
  2. Guru penggerak mampu menjadi teladan
  3. Guru Penggerak dapat menjalin kolaborasi dengan  seluruh warga sekolah dalam menerapkan  budaya positif
  4. Guru Penggerak mampu menciptakan dan menggerakkan komunitas praktisi yang ada di sekolah
  5. Guru Penggerak menjadi coach bagi guru lain dan  menjadi pemimpin dalam pembelajaran yang berpihak pada murid

Seorang Guru Penggerak harus dapat  menumbuhkan dan menerapkan budaya positif di kelas menjadi budaya positif di sekolah yang kemudian  menjadi visi di sekolah. Beberapa langkah yang dapat  dilaksanakan oleh seorang Guru Penggerak sebagai berikut.

  1. Memulai dari diri sendiri dalam menumbuhkan serta menerapkan budaya positif di kelas dan menjadi contoh dan teladan bagi seluruh warga sekolah
  2. Mensosialisasikan dan berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah
  3. Memiliki  kesabaran, keuletan, dan berpikir positif baik terhadap penolakan ide dan pelanggaran maupun berbagai dukungan yang ada
  4. Melakukan  refleksi dan perbaikan secara berkelanjutan

 Demikian jurnal refleksi ke-4 terhadap Modul 1.4 Budaya Positif ini. Semoga bermanfaat, salam dan bahagia. Salam Guru Penggerak!***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar